aku tak pernah rela namaku tertera dalam kitab
iba masa lampaumu yang hari ini kau baca sambil
meringis tangis namun kemudian hari sambil merenda
tawa. seperti yang kau tahu, tentang kita ialah dua
anak burung yang khusyuk belajar terbang bersama-sama,
jatuh-bangun dimuram durja. bila suatu waktu sayapku
patah kau dengan sigap memapahku, begitu juga sebaliknya.
...biar kini aku mengulur-ulur luka. menyulam tangis. sendiri!
bukankah ku sering bertanya tentang dosa apa yang
telah kulakukan di kehidupan terdahulu lalu dengan
sigap kau seringnya menjawab begini: kenapa?
seperti yang kau tahu, tentang kita ialah dua
insan tanpa dosa yang mengemis-ngemis iba restu
orangtua. kaulah serat-serat kata dari daging ringkih
kalimatku ini dan niat ialah jantung dari darah kasih
yang mengalir lungguh dalam jalinan yang tak utuh.
...biar jauh dari orangtua tapi kita dekat dengan cinta!
seperti yang kau tahu, tentang kita kata mereka: bekal hidup
berdua tak pernah cukup dengan mahir menjerat kata. makanya,
cari makna! perut lapar tak kan kenyang dengan diksi-diksi bercita
rasa istimewa. mau makan apa? metafora? alegori? ...cuih, ironi!
tapi bukankah kenyang itu kata, perut itu kata, rasa itu kata
mereka tak pernah tahu.
...digit-digit rekeningku kini merindukan peristiwa yang tak pernah terjadi itu!
seperti yang kau tahu, tentang aku adalah lelaki paling lapang
dada meski duka telah berpalung sunyi karena kau berpaling
janji memilih berpulang kepada selain aku. selamatlah kamu.
...ada yang jual restu? beli dong satu renceng!
biar kini kuberjalan bersama Neruda, meminang puisi dengan sunyi sebagai maharnya
Jakarta, 24 Februari 2015
*: Yang -tak- direstui
pic.twitter.com/dmvnGetqbt
— soft grunge (@blankedthoughts) 23 Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar